Tempat Hiburan Terdampak Corona

Udah sebulan Eka bekerja di Bar dan Karaoke Kayangan yang berada di Kelurahan Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara. Di bar dan karaoke ini, Polisi membedah tindak pidana perdagangan manusia. Sejumlah 10 anak wanita bawah usia jadi korban, jadikan Buruh Sex Komersil (PSK).

Setiap hari Eka bekerja bersihkan kamar gelap yang ada di dalam tempat karaoke yang berdiri di gang sempit itu. Pekerjaannya bukan cuma itu. Ia pun mengontrol jam sewa kamar 'temaram'. Tempat beberapa lelaki hidung belang salurkan syahwatnya. Eka digaji Rp60.000 sampai Rp100.000 per malam.

"Tulis waktu kan kalaupun semisalnya beberapa anak ngamar itu kan ada waktunya. 1/2 jam. Jadi supaya tidak kelebihan atau kurang begitu cepat, saya tulis saja," kata Eka di Polda Metro Jaya.

Ada 19 wanita yang diperbantukan selaku penjual cinta satu malam di cafe itu. Umumnya umurnya 20 tahun. Beberapa konsumen setia lebih menggemari PSK di bawah usia.

"ABG yang terlaris di situ. Kalaupun di bawah usia ada kira-kira 8 orang."

Eka tidak jelas langkah penerimaan wanita-wanita yang bekerja di cafe itu. Tergolong langkah penerimaan wanita di bawah usia. "Saya cuman ditugasin rapi-rapi," pendek kata.

Ada yang pekerjaannya privat cari dan salurkan PSK ke cafe remang-remang yang berada di ujung jalan itu. Namanya Febi. Ia dipercayai si mami yang pemilik cafe, untuk menangkap beberapa penjual cinta.

Pertemuannya dengan si mami bermula dari mitranya yang udah lumayan lama bekerja di cafe itu. Berawal dari ganti mengganti nomor telpon. Febi lantas diperbantukan untuk 'memasok' kupu-kupu malam.

"Saya bekerja dengan Mami mulai sejak kira-kira enam bulan lalu. Disanalah saya mulai kenalan, lalu selanjutnya saya mencari (wanita jadikan PSK)," katanya.

Febi mencari di jejaring sosial Facebook. Ia mencari satu demi satu. Persyaratan inti, muka elok dan tidak gendut. Febi berkirim pesan ke korbannya dengan iming-iming bekerja selaku pemandu lagu atau yang umum dikatakan LC (lady companion). Penghasilannya Rp5 Juta sampai Rp15 Juta.

Dengar besarnya gaji yang dijajakan, beberapa wanita itu tertarik. Mereka berbicara. Selanjutnya Febi memperjelas detil pekerjaan yang penting dijalani beberapa wanita itu. Dimulai dari temani tamu untuk minum sampai berbuntut 'ngamar'. Beberapa wanita itu sepakat dengan penawaran Febi.

"Mereka ketarik karena kemungkinan penghasilan. Saya tidak paksakan mereka. Kalaupun mereka ingin ya mari berjumpa saya. Kalaupun tak mau ya saya suruh pulang," tambahnya.

Dalam jalankan laganya, Febi ditolong si suami. Tiap hari, si suami bekerja selaku tukang ojek pangkalan. Suaminya dikasih uang Rp100.000. Pekerjaannya membawa beberapa calon PSK untuk berbicara Mami.

Dalam 6 bulan, Febi udah salurkan 11 wanita ke si Mami. Umumnya dari wilayah Jawa Barat. Ia menjajakan beberapa wanita itu ke si mami. Harga bergantung muka.

"Kalaupun keuntungan kira-kira Rp500.000 sampai Rp1,5 juta untuk menjajakan 1 wanita ke Mami," katanya.

Tidak cuman Febi, ada tangan yang lain bekerja menangkap beberapa PSK ke Cafe Kayangan. Wanita itu berinisial H. Setali tiga uang dengan Febi, ia pun memperjelas detil pekerjaan yang dijajakan ke beberapa wanita yang direkrutnya.

"Saya tidak menipu mereka."

Ada persyaratan buat beberapa calon PSK. Satu diantaranya jangan di bawah usia. H selalu melihat ulang KTP sampai Kartu Keluarga. Namun dari pernyataannya, ada-ada saja wanita di bawah usia yang memaksakan untuk bekerja dengan H.

"Waktu berjumpa saya, saya tak mau. Saya suruh pulang anaknya. Namun anak itu maksa ingin kerja dimanapun. Selanjutnya saya contact sang Atun (mami cafe kayangan)," kata H.

H menjalani pekerjaan selaku calo PSK mulai sejak 3 tahun paling akhir. Ia mulai bekerja di dunia gelap ini mulai sejak prostitusi Kalijodo tetap berdiri. Perusakan Kalijodo nyatanya tidak bikin H stop. Ia malah menyediakan PSK ke sejumlah tempat yang lain.

Namanya yang cukup termashyur selaku calo PSK bikin H punyai banyak kenalan. Tidak sukar buat H salurkan PSK. Banyak yang siap terima. Dalam satu bulan H dapat kantongi uang Rp3 juta hasil dari pemasaran wanita.

"Ya namanya kita orang berteman ya, ke Cafe Kayangan sama wilayah Jakarta beberapa. Hotel tidak, Apartemen ditambah lagi," tegasnya.

Masalah prostitusi anak di Cafe Kayangan, Penjaringan masih dipelajari penyidik Remaja, Anak, dan Wanita (Reknata) Direktorat Reserse Kejahatan Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya. Dalam masalah ini, 8 orang ditentukan selaku terdakwa, satu diantaranya Mami Atun, si pemilik cafe. Polisi mempercayai masihlah ada terdakwa yang lain masih berkeliaran. [noe]




Komentar